(Intan Kurnianingrum, S.P., M.T.P)
Biji karet mempunyai potensi untuk dijadikan sumber bahan pakan dikarenakan ketersediaannya yang melimpah, harga yang relatif murah dan nilai gizi (protein) yang baik. Kandungan protein tepung biji karet sangat tinggi. Selain kandungan proteinnya yang relatif tinggi, struktur asam amino biji karet sangat baik. Asam glutamat, asam aspartat dan leusin merupakan asam amino terbanyak pada tepung biji karet, sedangkan metionin dan sistin merupakan asam amino yang paling sedikit. Berdasarkan pengelompokan bahan pangan tepung biji karet ini termasuk sumber pangan nabati. Bahan pangan nabati memiliki daya simpan yang lebih lama dari pangan hewani. Tepung biji karet dihasilkan dari proses penepungan biji karet. Tepung biji karet mempunyai beberapa keunggulan, tepung biji karet adalah terbuat dari biji tanaman karet yang merupakan tanaman perkebunan yang paling banyak dibudidayakan di Indonesia, sehingga ketersediaannya dalam jumlah banyak relative terjamin. Pada saat ini masih belum banyak orang untuk memanfaatkan biji karena karena keterbatasan pengetahuan dalam pengolahannya yang pada akhirnya biji karet terbuang. Agar biji karet dapat dimanfaatkan sebagai pakan maka harus diolah terlebih dahulu menjadi konsentrat.
Pembuatan tepung biji karet diawali dengan memecahkan cangkang biji karet. Kemudian daging bijikaret yang berwarna putih dicuci bersih. Proses selanjutnya dilakukan selama 72 jam dengan penggantian air setiap 6 jam sekali. Hal ini dilakukan bertujuan untuk menghilangkan kadar HCN pada daging biji karet. Untuk mengurangi kadar air dalam biji karet, biji karet kemudian dijemur dibawah sinar matahari. Setelah kering daging biji karet diblender sehingga dihasilkan tepung biji karet. Tepung biji karet kemudian dikeringkan lagi dengan dimasukkan dalam oven dengan suhu 34°C selama 3 hari. Tepung biji karet yang sudah ditimbang diaduk rata dengan ransum sesuai dengan formulasi yang ditetapkan.
Hasil yang didapatkan dari penelitian tersebut adalah pada perlakuaan tepung biji karet terhadap konsumsi ransum itik yaitu perlakuaan terbaik pada campuran 91 % pakan komersial+ 9% tepung biji karet. Berdasarkan analisis keragaman pengaruh pemberian tepung biji karet dalam ransum itik berpengaruh signifikan dan berpengaruh nyata. Konsumsi pakan pada campuran tersebut itik dapat memakan sampai habis atau 100% pakan yang diberikan habis dikonsumsi. Hal ini dapat dipengaruhi oleh bau, rasa, struktur ransum, serta kandungan serat kasar dalam ransum. Selain itu juga dipengaruhi suhu lingkungan dan kandungan kalori pada ransum pakan. Pengaruh penggunaan tepung biji karet juga terhadapa pertambahan berat badan itik. Penambahan berat badan itik signifikan pada campuran pakan 91% pakan komersial+9% tepung biji karet dapat menambah berat badan itik sebesar 406 gram.
Efisiensi penggunaan ransum sangat berkaitan dengan angka rataan konsumsi ransum dan pertambahan berat badan. Hasil analisis data menyatakan bahwa konversi ransum itik selama penelitian (14 hari). Pada perlakuan ransum komersial ditambah dengan tepung biji karet 9% menghasilkan pertambahan berat badan yang tinggi serta konsumsi ransum tinggi tetapi menghasilkan efisiensi penggunaan ransum yang rendah. Efisiensi penggunaan penggunaan ransum saling berkaitan dengan konsumsi ransum dan pertambahan berat badan, tetapi konsumsi ransum yang tinggi tidak selalu diikuti dengan efisiensi penggunaan ransum yang tinggi.
Konversi ransum dipengaruhi oleh ketersediaan zat-zat gizi dalam ransum, kesehatan ternak, kualitas pakan pertambahan berat badan dan kecernaan. Dapat diartikan bahwa semakin baik kualitas pakan yang dikonsumsi akan menghasilkan pertambahan berat badan yang lebih tinggi dan lebih efisien dalam penggunaan pakan.