loader

POTENSI MIKORIZA SEBAGAI AGEN HAYATI

  • 31/01/2024 11:17:53
  • By : Administrator
  • 214
POTENSI MIKORIZA SEBAGAI AGEN HAYATI

 

(INTAN KURNIANINGRUM, S.P., M.T.P)

Lahan pasang surut adalah lahan yang ketersedian airnya dipengaruhi oleh pasang surutnya air laut atau sungai. Berdasarkan sifat kimia air pasangnya, lahan pasang surut dibagi menjadi dua zona yaitu zona air pasang surut salin dan pasang surut air tawar. Lahan pasang surut berdasarkan hidrotopografi dibedakan menjadi empat tipe yang membutuhkan manajemen yang berbeda. Tipe A merupakan daerah rawa yang selalu terluapai air pasang besar maupun pasang kecil. Tipe B adalah lahan yang hanya terluapi oleh pasang besar. Tipe C merupakan lahan yang tidak terluapi air pasang, baik pasang besar maupun pasang kecil tetapi kedalaman air tanah kurang dari 50 cm dari permukaan tanah. Tipe D adalah lahan tidak terluapi air pasang baik pasang besar maupun pasang kecil tetapi kedalaman air tanah lebih dari 50 cm dari permukaan tanah.

Kondisi lahan akan bersifar sulfat masam. Lahan yang bersifat sulfat masam mempunyai lapisan pirit pada kondisi teroksidasi mengakibatkan pH tanah yang masam sampai sangat masam, kandungan dan ketersediaan hara yang rendah serta mempunyai kandungan unsur meracun Al dan Fe yang tinggi.Apabila lahan sulfat masam tergenang (reduktif), maka kadar fero akan semakin banyak yang daat mengakibatkan keracunan besi bagi tanaman yang akan ditanam pada lahan tersebut.

Pemanfaatan mikoriza menjadi salah satu solusi dan alternatif untuk pengembangan dan meningkatkan produksi pertanian. Mikoriza yang merupakan sumberdaya hayati potensial yang tidak berdampak negative terhadap lingkungan. Mikoriza diketahui berinteraksi positif dengan bahan organik di dalam tanah, termasuk pada lahan-lahan bermasalah seperti lahan yang mengalami cekaman kekeringan (Nurbaity et al., 2007). Mikoriza juga memiliki kemampuan menyerap air pada kondisi lingkungan tanah yang kering sehingga tanaman tidak mudah mengalami kekeringan. Menurut Hapsoh (2003), ukuran hifa yang lebih halus dari bulu-bulu akar memungkinkan hifa bisa menyusup ke poripori tanah yang paling kecil (mikro) sehingga hifa bisa menyerap air pada kondisi kadar air tanah yang sangat rendah. Menurut Dewi et al., (2017) penggunaan Mikoriza dapat membantu penyediaan hara, terutama fosfat bagi tanaman melalui kolonisasi akar tanpa menimbulkan nekrosis seperti halnya terjadi pada infeksi jamur pathogen.

Mikoriza adalah jenis fungi yang bersifat obligat fakultatif yaitu fungi yang untuk kelangsungan hidupnya memerlukan tanaman inang dan tidak dapat ditumbuhkan pada media buatan di laboratorium. Berdasarkan struktur tubuh dan cara infeksi terhadap tanaman inang, mikoriza dapat digolongkan menjadi menjadi tiga kelompok yaitu ektomikoriza, endomikoriza dan ektendo mikoriza (Subaedah, 2018). Endomikoriza mempunyai relasi yang sangat luas pada tanaman pertanian, perkebunan dan kehutanan, serta diperkirakan lebih dari 93% berasosiasi dengan akar tanaman tingkat tinggi (Nurhayati, 2012). Pada endomikoriza, jaringan hifa cendawan masuk kedalam sel korteks akar dan membentuk struktur yang khas berbentuk oval yang disebut vesicle dan sistem percabangan hifa yang disebut arbuscule, sehingga endomikoriza disebut juga fungi micorrhizae arbuscular (FMA). Mikoriza dapat diperbanyak atau dibiakkan dengan teknik kultur pot menggunakan tanaman inang tertentu. Inang yang sering digunakan adalah peuraria javanica (pj) merupakan sejenis legum cover crop (LCC), sorghum, jagung dan kedelai. Sedangkan sebagai sumber inoculum mikoriza adalah spora yang diisolasi dari rhizosfer. Jenis tanaman inang akan menentukan juga kemampuan dari mikoriza tersebut.

Fungi mikorizaarbuskula(FMA) memiliki empat peran fungsional, yakni: (1) bioprosesor; mampu bertindak sebagai pompa dan pipa hidup karena mampu membantu tanaman untuk menyerap hara dan air dari lokasi yang tidak terjangkau oleh akar rambut; (2) bioprotektor atau perisai hidup karena mampu melindungi tanaman dari cekaman biotika (patogen, hama, dan gulma) dan abiotika (suhu, kepadatan tanah, dan logam berat); (3) bioaktivator karena terbukti mampu membantu meningkatkan simpanan karbon di rhizosfer sehingga meningkatkan aktivitas jasad renik untuk menjalankan proses biogeokimia; dan (4) bioagregator karena terbukti mampu meningkatkan agregasi tanah (Nusantara et al., 2012). Oleh karena itu aplikasi mikoriza merupakan suatu alternatif yang dapat dikembangkan untuk mengatasi terbatasnya ketersediaan air.

Penggunaan mikoriza sebagai alat biologis dalam bidang pertanian dapat memperbaiki pertumbuhan, produktivitas dan kualitas tanaman tanpa menurunkan kualitas ekosistem tanah. Selain itu aplikasi mikoriza dapat membantu rehabilitasi lahan kritis dan meningkatkan produktivitas tanaman pertanian, perkebunan, kehutanan pada lahan-lahan marginal dan pakan ternak.

 

 

REFERENSI

Dewi, Tarra Martiani, Anne Nurbaity, Pudjawati Suryatmana dan Emma Trinurani Sofyan. 2107. Efek Sterilisasi Dan Komposisi Media Produksi Inokulan Fungi Mikoriza Arbuskula Terhadap Kolonisasi Akar, Panjang Akar Dan Bobot Kering Akar Sorgum. Jurnal Agro Vol. 4 No.1; 24-31.

 

Hapsoh, H. 2008. Pemanfaatan fungi mikoriza arbuskular pada budidaya kedelai di lahan kering. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap dalam Bidang Ilmu Budidaya Pertanian pada Fakultas Pertanian,diucapkan di hadapan Rapat Terbuka Universitas Sumatera Utara Gelanggang Mahasiswa, Kampus USU, 14 Juni 2008. Universitas Sumatera Utara, Medan. 31p.

 

Nurbaity, A., Herdiyantoro, D., dan Setiawan, A. 2007. Aplikasi Fungi Mikoriza Arbuskula dan Bahan Organik untuk Meningkatkan Ketahanan Tanaman Jagung terhadap Kekeringan di Kabupaten Bndung. Prosiding Seminar dan Kongres Nasional Masyarakat Konservasi Tanah Indonesia ke VI.

 

Nurhayati. 2012. Infektivitasmikoriza pada berbagaijenis tanaman inang dan beberapa jenis sumber inokulum. Jurnal Floratek 7:25-31.

 

Nusantara, A.D., Rr.Y.H. Bertham, dan H.I. Mansur. 2012. Bekerjadengan Fungi Mikoriza Arbuskula. Seameo Biotrop. IPB, Bogor

 

Subaedah, S. 2018. Agroteknologi Lahan Kering. Penerbit Nas Media Pustaka