Oleh:
Susmawati, SP, MP.
Widyaiswara Ahli Madya BBPP Binuang
Bawang daun (Allium fistulosum L.) merupakan salah satu jenis tanaman sayuran yang biasa digunakan sebagai bahan penyedap rasa beberapa jenis makanan yang umum di jumpai di Indonesia.
Tanaman ini termasuk dalam kategori sayuran daun semusim atau berumur pendek. Bagian organ penting dari daun bawang meliputi akar, batang, daun, bunga, dan biji. Akar daun bawang berupa serabut pendek yang tumbuh ke segala arah di sekitar permukaan tanah. Sistem perakaran daun bawang cenderung dangkal, biasanya mencapai kedalaman antara 8 cm hingga 20 cm. Perakaran ini paling baik tumbuh dan berkembang pada tanah yang gembur, subur, mampu menyerap air dengan baik, dan memiliki kedalaman yang cukup.
Komoditas ini sejak lama telah diusahakan oleh petani secara intensif. Karena bawang daun menjadi sumber pendapatan dan mampu memberikan kesempatan kerja serta memiliki kontribusi cukup tinggi terhadap perkembangan ekonomi petani.
Adapun, Tanaman daun bawang diklasifikasikan sebagai berikut :
Division | Spermatophyta |
Sub-division | Angiospermae |
Kelas | Monocotyledoneae |
Ordo | Liliflorae |
Famili | Liliaceae |
Genus | Allium |
Spesies | Allium fistulosum L. |
Penerapan teknik budidaya yang baik dan benar belum secara optimal. Menurut (Iriani 2013), petani kecenderungan mengadopsi hanya 35% untuk mengusahakan budidaya bawang merah pada sebagian lahannya untuk musim tanam berikutnya, sisanya masih menunggu kepastian pasar.
Untuk bisa berhasil, tentunya petani harus tahu ilmu bercocok tanam, bagaimana tanaman bisa menjadi subur sampai panen. Supaya tanaman menjadi subur banyak faktor penentunya. Diantaranya tanah yang memang subur, iklim yang cocok, bibit unggul dan bebas serangan hama dan penyakit. Apabila salah satu faktor ini tidak berjalan semestinya, tentu akan terjadi kegagalan panen, panen tidak seperti yang diharapkan, malahan kadang-kadang mengalami kerugian, modal tidak kembali pokok, bahkan puso.
Namun pada setiap usaha pertanian, petani selalu mengalami gangguan oleh pesaing-pesaing yang berupa binatang, patogen dan gulma yang ikut merusak tanaman yang diusahakannya. Oleh karena itu, pengganggu, perusak, pesaing dan pemakan tanaman tersebut kemudian dianggap sebagai musuh manusia yang disebut sebagai OPT (Organisme Pengganggu Tanaman) dan bersifat parasit.
Serangan OPT tersebut dapat berupa hama, penyakit, dan juga gulma yang biasa menyerang dalam hal perebutan nutrisi, sinar matahari, dan lain-lain yang diperlukan oleh tanaman. Serangan yang terjadi akan menurunkan produktivitas tanaman secara signifikan apabila tidak ditangani dengan serius. Oleh karena itu, setiap faktor yang mempengaruhi tingkat produksinya sangat penting diperhatikan.
Masalah lain yang kerap dihadapi dalam budidaya bawang daun antara lain yakni ketersediaan benih bermutu belum mencukupi secara tepat (waktu, jumlah dan mutu). Sehingga petani masih menyukai penggunaan benih vegetatif karena disamping mudah, praktis dan masa tanamnya lebih pendek dibanding asal benih biji.
Walaupun pada kenyataannya bila umbi benih sudah terinfeksi virus, maka hasil perbanyakannya akan tetap membawa virus. Penyakit virus sifatnya sistemik, apabila sudah berada dalam tanaman sulit untuk dikendalikan serta dapat membawa masalah baru pada pertanaman berikutnya.
Serangan OPT juga dapat semakin bertambah,bila hama dan penyakit bawang daun berada dalam habitat yang ekosistemnya sangat dinamis. Oleh sebab itu, sering terjadi peledakan OPT pada kondisi ekosistem yang mendukung.
Ancaman lain adalah tanaman-tanaman sakit ini akan menjadi sumber infeksi bagi tanaman yang sehat lainnya. Sumber infeksi akan datang dari luar (kebun tetangga) dan dari dalam kebun sendiri (tanaman-tanaman terinfeksi yang ada dalam kebun sendiri). Keberadaan OPT bawang daun laten dan sering terjadi bahwa sebelum atau pada saat komoditas tersebut ditanam, populasi telah mencapai tingkat yang mendekati ambang kendalinya.
Hama didefinisikan semua binatang yang merugikan tanaman, terutama tanaman yang berguna dan dibudidayakan manusia, tetapi apabila binatang tersebut tidak merugikan tanaman yang berguna dan dibudidakan manusia maka bukan disebut sebagai hama. Sedangkan Penyakit adalah patogen (bakteri, virus, jamur) yang menyebabkan tanaman menjadi tidak normal, menjadi sakit atau mati.
Salah satu upaya untuk meningkatkan daya saing bawang daun adalah pengendalian hama dan penyakit secara fisik dan mekanik. Pengendalian secara fisik dan mekanik pelaksanaannnya tidak memerlukan banyak peralatan yang mahal sehingga sederhana dan relatif murah. Cara pengendalian ini tidak mengakibatkan pengaruh negatif terhadap lingkungan.
Pengendalian fisik merupakan usaha dengan menggunakan atau mengubah faktor lingkungan fisik sedemikian rupa sehingga dapat mematikan ataupun menurunkan populasi hama yang ditujukan khusus untuk membunuh hama. Sedangkan pengendalian secara mekanis adalah tindakan mematikan hama secara langsung dengan menggunakan tangan atau alat
Beberapa pengendalian hama dan penyakit secara fisik dan mekanik dapat menggunakan penghalang dengan dilindungi dengan kasa, penggunaan tanaman perangkap, perangkap baki kuning Moriche dan likat kuning. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perangkap baki kuning Moriche yang diisi air deterjen dan formalin dapat menekan dan memonitor serangga kutu daun bersayap karena warnanya yang attractive/menarik.
Tanaman kubis dan caisin mempunyai daya tarik sebagai tanaman perangkap sehingga bila hinggap pada kedua tanaman tersebut tidak perlu lagi mencari inang lain yang sesuai. Perangkap likat warna kuning juga dapat digunakan untuk menekan serangga lalat penggorok daun L. Chinensis, yang dipasang segera setelah tanaman bawang tumbuh Perangkap likat kuning dapat menekan dan memonitor serangan atau perpindahan kutukebul dilapangan dan memprediksi bahaya infeksi virus. Penggunaan sungkup kain kasa pun mampu menjadi solusi menekan populasi telur dan larva Spodoptera exigua serta intensitas kerusakan tanaman.
Beberapa penelitian dilapangan menunjukkan bahwa penggunaan tanaman perangkap caisin, baki kuning Moriche, perangkap likat kuning Moriche, kasa, dan insektisida selektif berbahan aktif Betasiflutrin dapat menaikkan tinggi tanaman, mengurangi insiden dan intensitas gejala virus. Namun terhadap tinggi tanaman, hama Spodoptera exigua, Alternaria porii dan hasil panen penggunaan kasa tidak terlalu memberikan pengaruh.
Penerapan kombinasi metode-metode di atas secara tepat dan sesuai dengan kondisi setempat akan membantu menekan populasi hama dan penyakit pada tanaman bawang daun secara efektif. Selain itu, menjaga kebersihan lahan dan memperhatikan sanitasi juga penting untuk mencegah serangan hama dan penyakit
Referensi :
1. https://cropscience.bayer.co.uk/agronomy-id/diseases/onion-and-leek-diseases
2. Gunaeni, N. (2013). Pengendalian Hama dan Penyakit Secara Fisik dan Mekanik pada Produksi Bawang Daun (Allium
fistolosum L.). Jurnal Agrin, 19(1), 1410-0029
3. Hyono, Y. (2005). Seri Budidaya Bawang Daun. Yogyakarta: Kanisius.
4. Kementerian Pertanian. (2019). Deskripsi Bawang Daun Varietas Blaze.
5. Hilman, Y., et al. (2019). Adaptasi Tanaman Hortikultura Terhadap Perubahan Iklim Pada Lahan Kering; J. Litbang Pertanian 38(01), 55 – 64.
6. Nesia. (2019). Produksi Tanaman Sayuran 2019. Badan Pusat Statistik (BPS).