Please ensure Javascript is enabled for purposes of Kementerian Pertanian RI
1
Chatbot
Selamat datang, silahkan tanyakan sesuatu

Pengendalian Hama Penghisap Buah Kakao

  • 01/10/2024 09:03:06
  • By : Administrator
  • 206
Pengendalian Hama Penghisap Buah Kakao

Oleh:

Susmawati, SP, MP. 

Widyaiswara Ahli Madya BBPP Binuang

 

Petani kakao di Indonesia masih banyak yang menggunakan cara tradisional dalam bertani. Akibatnya, tanaman kakao sering diserang hama, seperti kepik penghisap buah. Hama ini merusak buah kakao sehingga hasil panen menjadi berkurang. Padahal, negara-negara lain semakin menuntut kakao dengan kualitas tinggi. Jika kita tidak segera memperbaiki cara bertani, maka produksi kakao kita akan terus menurun dan kita akan kalah bersaing dengan negara lain.

Faktor-faktor yang Menyebabkan Helopeltis Mudah Menyerang Tanaman Kakao

Beberapa faktor yang menyebabkan hama Helopeltis mudah menyerang tanaman kakao antara lain:

  • Kondisi lingkungan yang sesuai: Cuaca panas dan kering serta kelembaban yang tinggi merupakan kondisi yang ideal bagi pertumbuhan dan perkembangan Helopeltis.
  • Tanaman inang yang rentan: Varietas kakao tertentu lebih rentan terhadap serangan Helopeltis dibandingkan varietas lainnya.
  • Populasi musuh alami yang rendah: Keberadaan musuh alami seperti predator dan parasitoid yang dapat mengendalikan populasi Helopeltis sangat penting. Jika populasi musuh alami rendah, maka populasi Helopeltis akan mudah meningkat.
  • Praktik budidaya yang kurang tepat: Penggunaan pupuk yang tidak seimbang, kekurangan air, dan sanitasi yang buruk dapat melemahkan tanaman kakao dan membuatnya lebih rentan terhadap serangan hama.

Bagaimana gejala serangan Helopeltis spp.


Stadia Helopeltis spp. yang merusak yaitu nimfa dan imago. Hama ini menyerang buah dan pucuk/tunas tanaman kakao dengan cara menghisap cairan bagian tanaman tersebut. Serangan pada buah muda menyebabkan kematian buah muda dan serangan pada tunas/pucuk menyebabkan kematian pucuk (die back).Gejala khas serangan Helopeltis spp. ditandai dengan adanya bercak-bercak berwarna cokelat kehitaman. Serangan pada buah muda menyebabkan layu pentil dan umumnya buah akan mengering kemudian rontok. Apabila pertumbuhan buah terus berlanjut maka kulit buah akan mengeras dan retak-retak, dan akhirnya terjadi perubahan bentuk buah yang dapat menghambat perkembangan biji di dalamnya.

Mengapa harus dikendalikan

Kepik penghisap buah kakao (Helopeltis spp.) merupakan hama yang sangat merugikan setelah penggerek buah kakao. Serangan hama ini bisa membuat hasil panen kakao berkurang hingga setengahnya dan biaya produksi meningkat secara signifikan. Helopeltis biasanya aktif menyerang saat pagi dan sore hari karena tidak suka cahaya terang. Saat siang hari, mereka bersembunyi di tempat-tempat gelap seperti bagian bawah daun. Populasi Helopeltis cenderung meningkat pesat saat musim hujan karena kondisi lembap dan kurang sinar matahari sangat cocok untuk pertumbuhan dan perkembangannya.

Cara Mengendalikan Hama Helopeltis Secara Efektif dan Ramah Lingkungan

Untuk mengendalikan hama Helopeltis secara efektif dan ramah lingkungan, dapat dilakukan beberapa cara berikut:

  • Pengendalian hayati: Melibatkan penggunaan musuh alami seperti predator (misalnya, kumbang coccinellidae) dan parasitoid untuk mengendalikan populasi Helopeltis.
  • Pengendalian kultur teknis: Melakukan pemangkasan tanaman secara teratur, menjaga kebersihan kebun, dan menggunakan varietas kakao yang tahan terhadap serangan Helopeltis.
  • Pengendalian mekanik: Memungut dan memusnahkan telur, nimfa, dan imago Helopeltis secara manual.
  • Pengendalian kimia: Penggunaan pestisida nabati seperti ekstrak tanaman neem atau sambiloto dapat menjadi alternatif yang lebih aman bagi lingkungan. Namun, penggunaannya harus sesuai dengan dosis dan cara aplikasi yang tepat.
  • Penerapan sistem pertanian terpadu (PHT): Menggabungkan berbagai metode pengendalian hama secara terintegrasi untuk mencapai hasil yang optimal dan berkelanjutan.

Upaya Pemerintah untuk Meningkatkan Kualitas Produksi Kakao Indonesia

Pemerintah Indonesia telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas produksi kakao, antara lain:

  • Pengembangan varietas unggul: Melalui program pemuliaan tanaman, pemerintah berupaya menghasilkan varietas kakao yang memiliki produktivitas tinggi, tahan terhadap hama dan penyakit, serta memiliki kualitas biji yang baik.
  • Penyuluhan pertanian: Pemerintah memberikan penyuluhan kepada petani mengenai teknik budidaya kakao yang baik, pengendalian hama dan penyakit, serta pascapanen.
  • Fasilitasi akses terhadap teknologi: Pemerintah menyediakan berbagai fasilitas dan teknologi modern untuk mendukung peningkatan produktivitas petani kakao, seperti mesin pengolahan biji kakao dan alat pertanian lainnya.
  • Pembentukan kelompok tani: Pemerintah mendorong pembentukan kelompok tani untuk memperkuat kerjasama antar petani dan meningkatkan akses mereka terhadap informasi, teknologi, dan pasar.
  • Sertifikasi produk: Pemerintah berupaya untuk mendapatkan sertifikasi internasional untuk produk kakao Indonesia, sehingga dapat meningkatkan nilai jual produk di pasar global.

Dengan berbagai upaya tersebut, diharapkan kualitas produksi kakao Indonesia dapat terus meningkat dan mampu bersaing di pasar internasional.

 

 

Daftar Referensi :

1.      Anonimous. 2004. Musuh Alami, Hama dan Penyakit Tanaman Kakao (Edisi Keempat). Direktorat Perlindungan Perkebunan. Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan. Departemen Pertanian. Jakarta.

2.      Maryani, Y dan Cucu D. 2019. Buku Saku Hama dan Penyakit Tanaman Kakao. Direktorat Perlindungan Perkebunan. Direktorat Jenderal Perkebunan. Kementerian Pertanian. Jakarta.

3.      Prawoto AA., dkk. 2004. Panduan Lengkap Budidaya Kakao. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia. Jember.

4.    Rulianti, E. 2009. Pedoman Identifikasi Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) Perkebunan. Direktorat Perlindungan Perkebunan. Direktorat Jenderal Perkebunan. Kementerian Pertanian. Jakarta. Sulistyowati, E., dkk. 2009. Pedoman Teknis Hama dan Penyakit Utama Tanaman Kakao. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia. Jember