Oleh: Amallia Rosya, SP., M.Si
Kejadian anomali iklim seperti perubahan intensitas dan pola curah hujan, kenaikan temperatur udara, kekeringan, banjir, dan peningkatan intensitas serangan hama dan penyakit merupakan gejala perubahan iklim yang dapat berdampak pada produktivitas tanaman pertanian khususnya tanaman pangan (Suryana, 2014). Hal tersebut menjadikan perubahan iklim sebagai salah satu tantangan serius yang harus dihadapi berbagai negara di dunia dalam pemenuhan kebutuhan pangan, termasuk Indonesia (Shikwambana, Malaza and Shale, 2021).
Perubahan iklim global tersebut disebabkan antara lain oleh adanya peningkatan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) akibat berbagai aktivitas yang mendorong peningkatan suhu bumi. Perubahan pada iklim global ini mempunyai dampak yang buruk terhada[ keberlangsungan pembangunan pertanian. Perubahan iklim tersebut dipengaruhi tiga unsur iklim dan komponen alam yang erat kaitannya dengan pertanian, yaitu naiknya suhu udara yang berdampak pada unsur iklim lainnya, terutama kelembapan dan dinamika atmosfer. Selain itu, berubahnya pola curah hujan dan semakin meningkatnya intensitas kejadian iklim ekstrim (anomaly iklim) seperti El-Nino dan La-Nina.
Perubahan iklim ini menjadi perhatian serius dari Kementerian Pertanian. Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Binuang melakukan Pelatihan Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim yang diperuntukkan bagi Penyuluh Pertanian dari Provinsi Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur. Pelatihan diikuti oleh 30 orang penyuluhselama 5 hari.
Salah satu materi yang disampaikan adalah Dampak perubahan iklim terhadap perkembangan OPT (organisme pengganggu tanaman). Perubahan Iklim adalah terjadinya musim hujan dan kemarau yang sering tidak menentu sehingga dapat mengganggu kebiasaan petani (pola tanam) dan mengancam hasil panen. Perubahan dari iklim yang disebabkan secara langsung maupun tidak langsung oleh aktifitas manusia yang berpengaruh terhadap atmosfer global termasuk variabilitas iklim. Pengaruh perubahan iklim terhadap hama adalah terjadinya perubahan prilaku, siklus hidup lebih cepat atau lebih lambat dan ketersediaan makanan.
Menurut Petzoldt and Seaman (2010), sebagai hewan yang berdarah dingin, serangga memiliki temperatur tubuh hampir sama dengan temperatur lingkungan, sehingga temperatur memiliki peranan penting yang akan mempengaruhi tingkah laku, distribusi, pertumbuhan, kelangsungan hidup, dan reproduksi. Misalnya adalah lalat (Diptera) yang populasinya menurun jika temperatur lingkungan menurun (Vazquez, 2004)
Kelembaban udara mempengaruhi kehidupan serangga langsung atau tidak langsung. Serangga yang hidup di lingkungan yang kering mempunyai cara tersendiri untuk mengenfisienkan penggunaan air seperti menyerap kembali air yang terdapat pada feces yang akan dibuang dan menggunakan kembali air metabolik tersebut, contohnya serangga rayap. Oleh karena itu kelembaban harus dilihat sebagai keadaan lingkungan dan kelembaban sebagai bahan yang dibutuhkan organisme untuk melangsungkan proses fisiologis dalam tubuh. Sebagai unsur lingkungan, kelembaban sangat menonjol sebagai faktor modifikasi suhu lewat reduksi evapotranspirasi. Pertumbuhan populasi kutu Aspidiotus destructor Sign. dipengaruhi oleh iklim. populasi tinggi terjadi di musim kering tetapi untuk pertumbuhannya diperlukan keadaan yang cukup lembab.
Contoh lainnya, Penyakit Busuk Buah dan Kanker Batang (Fruit Rot and Stem Cancer), penyebabnya jamur Phytopthora palmivora, jamur ini menyerang buah pada semua stadia pertumbuhan. Perkembangan jamur ini juga didukung oleh hari hujan yang diselingi hari panas. Penyakit Vascular–Streak Dieback (VSD) Disease, penyebab penyakit ini adalah jamur Oncobasidium theobromae. Faktor kelembaban yang tinggi, hujan serta angin kencang membantu perkembangan dan penyebaran jamur ini. Penyakit Akar Kakao (Root Rot of Cacao), penyebab penyakit ini adalah jamur Ganoderma pseudoforeum. Anthracnose Leaf Spot, penyebab penyakit ini adalah jamur Colletotrichum gloeosporioides. Selain curah hujan tinggi, cuaca yang panas dan kelembaban yang tinggi membantu pertumbuhan spora dan penyebaran penyakit ini.