Oleh:
Tota Totor Naibaho, SP, MP.
Widyaiswara BBPP Binuang
Kementerian Pertanian (Kementan) saat ini tengah menghadapi tantangan pangan yang bersifat multidimensi.
Kementan terus berupaya menjaga ketersediaan, akses dan konsumsi pangan hingga nilai tambah serta daya saing industri sektor pertanian.
Menjawab tantangan itu, Kementan meluncurkan Gerakan Antisipasi Darurat Pangan Nasional. Gerakan ini dilakukan karena tingginya permintaan masyarakat terhadap komoditas beras.
Tingginya permintaan beras nasional tersebut dipenuhi dari produksi beras dalam negeri dan perlu tambahan impor beras dari luar negeri.
Kondisi produksi beras nasional beberapa tahun terakhir mengalami penurunan yang salah satu penyebabnya adalah dampak dari fenomena El Nino.
Dampak dari El Nino ini mengakibatkan kekurangan air untuk irigasi lahan pertanian, sehingga berpengaruh pada produktivitas pertanian.
Menteri Pertanian, Bapak Andi Amran Sulaiman, dalam berbagai kesempatan menyampaikan, sektor yang paling siap membangun kehidupan Indonesia yang lebih baik besok maupun yang akan datang adalah pertanian dan Sumber Daya Manusia menjadi tulang punggung penggerak pembangunannya.
"Krisis pangan sama dengan krisis keamanan dan politik. Pangan adalah senjata kita, dan kita tidak boleh tergantung dari impor, kita harus menekan impor bahkan harus bisa menyetop impor, kita harus ekspor," kata Mentan Amran.
Di sisi lain, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian, Idha Widi Arsanti mengatakan bahwa kunci dalam Program Gerakan Antisipasi Darurat Pangan Nasional adalah meningkatkan produksi.
"Karenanya, segala sumber daya dan dukungan perlu difokuskan dalam peningkatan produksi pada musim tanam yang sedang berlangsung maupun yang akan datang," ungkapnya.
Upaya pemerintah untuk menggenjot produksi padi (beras) dilakukan melalui berbagai program dan dukungan sarana dan prasarana ditujukan pada proses hulu sampai hilir, dari penyiapan lahan sampai pengolahan.
Namun pada setiap proses ini, upaya peningkatan kapasitas SDM juga harus terus dilakukan.
Tiga strategi utama Perluasan Areal Tanam (PAT) Padi yang saat ini menjadi program Kementan adalah Optimalisasi Lahan Rawa, Pompanisasi dan Padi Gogo (Tumpang sisip).
Salah satu langkah konkrit yang dilakukan Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Binuang sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) BPPSDMP Kementerian Pertanian adalah dengan melatih petani – petani di kawasan Food Estate Kabupaten Kapuas Kalimantan Tengah.
BBPP Binuang berkontribusi positif dengan menyelenggarakan Pelatihan Budidaya Padi Lahan Rawa Pasang Surut Angkatan II.
Giat ini berlangsung selama 3 (tiga) hari pada hari Senin – Rabu,pada tanggal 19 s.d 21 Agustus 2024 yang berlokasi di Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kapuas Murung, Kabupaten Kapuas, Provinsi Kalimantan Tengah.
Adapun, Peserta pelatihan berjumlah 30 (tiga) puluh orang dari Kabupaten Kapuas.
Kepala BBPP Binuang, Wahida Annisa Yusuf dalam kesempatannya berharap, melalui pelatihan ini petani dapat menjalankan aktifitas di usaha tani budidaya padi di lahan masing – masing dan mampu mengaplikasikan ilmu yang didapat selama proses penyampaian materi berlangsung.
Para petani sekiranya dapat terus mendorong program PAT di Kabupaten Kapuas guna menopang mewujudkan swasembada dan juga menjadi lumbung pangan dunia.
Hal ini bisa dicapai apabila para petani dengan semangat memperjuang pangan bangsa dapat meningkatkan produktifitas padi, menambah areal tanam dan menaikkan indeks pertanaman.