Please ensure Javascript is enabled for purposes of Kementerian Pertanian RI
1
Chatbot
Selamat datang, silahkan tanyakan sesuatu

Pompanisasi: Upaya Kementan untuk Hadapi Ancaman Krisis Air di Sektor Pertanian

  • 14/10/2024 10:00:00
  • By : Administrator
  • 24
Pompanisasi: Upaya Kementan untuk Hadapi Ancaman Krisis Air di Sektor Pertanian

BATOLA – Ketahanan air menjadi isu krusial di tengah perubahan iklim yang semakin tidak menentu.

Dalam rangka menjaga keberlanjutan sektor pertanian, Kementerian Pertanian (Kementan) terus melakukan langkah proaktif, salah satunya melalui program pompanisasi.

Program ini bertujuan mengatasi tantangan air yang dihadapi oleh petani, terutama di wilayah dengan ketersediaan air yang terbatas.

Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, menegaskan pentingnya inisiatif ini dalam menghadapi ancaman krisis air.

“Dengan pompanisasi, lahan-lahan pertanian yang selama ini kurang mendapatkan akses air bisa menjadi lebih produktif. Ini adalah upaya konkret kita dalam menjamin kelangsungan produksi pangan di tengah krisis iklim,” ujar Mentan Amran.

Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) juga menggarisbawahi betapa pentingnya program ini.

Kepala BPPSDMP, Idha Widi Arsanti, menekankan bahwa tanpa solusi yang tepat untuk penyediaan air, target pertanian nasional bisa terancam.

“Air adalah sumber daya vital. Jika kita tidak mengelola air dengan baik, produktivitas pertanian akan terganggu. Melalui pelatihan ini, kami membantu petani memahami bagaimana memaksimalkan pemanfaatan air,” ujar Santi.

Krisis air yang melanda sejumlah wilayah di Indonesia memang menjadi salah satu alasan di balik peluncuran pelatihan pompanisasi.

Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Binuang di Kalimantan Selatan, sebagai salah satu pihak yang bertanggung jawab atas pelaksanaan pelatihan, menggagas kegiatan di Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Wanaraya.

Pelatihan ini berlangsung selama tiga hari, dari 12 hingga 14 Oktober 2024, dengan 28 petani sebagai peserta.

Kepala BBPP Binuang, Wahida Annisa Yusuf, mengungkapkan bahwa pelatihan ini diadakan untuk mempersiapkan petani menghadapi tantangan perubahan iklim yang berpengaruh pada distribusi air.

“Krisis air adalah masalah global, dan dampaknya sudah kita rasakan di daerah-daerah. Kami berupaya agar teknologi pompa air bisa menjadi solusi bagi para petani dalam mengatasi masalah ini,” jelas Wahida.

Melalui pelatihan pompanisasi, para petani diharapkan tidak hanya mampu meningkatkan produksi tetapi juga bisa menghadapi tantangan iklim yang semakin tidak terduga. Teknologi ini menjadi kunci dalam menjamin keberlanjutan sektor pertanian di masa mendatang. (KAS)