Diversifikasi pangan lokal adalah upaya untuk memanfaatkan potensi pangan lokal dalam rangka meningkatkan ketahanan pangan nasional. Dalam menghadapi bulan puasa, masyarakat akan melakukan bermacam usaha untuk menghindarkan kekurangan gizi karena frekuensi makan yang berkurang.
Menjaga asupan energi dan protein sesuai kebutuhan tubuh sangat penting untuk menjaga berat badan agar status gizi tetap normal sehingga sistem imun tetap terjaga. Konsumsi makanan beragam dan bergizi seimbang dapat dilakukan dengan mencukupi kebutuhan tubuh dengan komposisi bahan makanan lokal yang banyak mengandung karbohidrat, serat dan protein, mengurangi makanan tinggi lemak dan gula, dimana konsumsi lemak dalam sehari adalah sekitar 5 sendok makan dan gula sekitar 4 sendok makan, serta perbanyak mengonsumsi cairan minimal 8 gelas per hari.
Gambar 1. Aneka Pangan Alternatif Pengganti Beras
Sumber: https://www.rri.co.id/nasional/592608/pemerintah-diminta-tak-setengah-hati-kampanyekan-diversifikasi-pangan
Agar tubuh tetap sehat dan stabil selama berpuasa diperlukan asupan karbohidrat dengan kisaran 50–75% dari total konsumsi energi dan diutamakan dari karbohidrat kompleks dan sekitar 10% dari karbohidrat sederhana. Jumlah karbohidrat yang dibutuhkan oleh tubuh sekitar 50–100 gr/hari dan asupan serat berkisar 27–40 gr/hari yang akan membantu memelihara kesehatan terutama sistem pencernaa, serta dapat mencegah penyakit jantung dan arteri serta memperbaiki glukosa darah.
Penting untuk memperhatikan asupan yang dikonsumsi dari segi zat gizi saat berpuasa. Selain ada pahalanya, makan sahur harus tetap dilakukan. Hal ini karena selama 13 jam kita berpuasa, kita harus memiliki cadangan energi. Kalau tidak, tentu berdampak pada kesehatan.
Sahur dan buka sebaiknya tetap dilakukan sesuai aturan karena secara gastrointestinal (berhubungan dengan lambung dan usus) puasa hanyalah perubahan waktu makan. Karbohidrat oleh tubuh digunakan sebagai energi dan menunjang kebutuhan tubuh saat makanan yang dikonsumsi saat sahur akan diserap dan disimpan sebagai cadangan energi saat berpuasa.
Menu makan pada saat sahur harus diutamakan yang mengandung karbohidrat kompleks karena karbohidrat jenis ini lebih kaya serat, vitamin, dan mineral. Karbohidrat kompleks membutuhkan waktu lebih lama untuk dicerna tubuh. Karena membutuhkan waktu lebih lama untuk dicerna tubuh maka karbohidrat kompleks menyebabkan kenaikan glukosa darah seseorang dengan lebih lambat beberapa saat setelah dikonsumsi jika dibandingkan dengan efek mengonsumsi karbohidrat sederhana. Karbohidrat ini membuat gula darah stabil (tekanan mood menjadi relatif lebih baik). Dalam roadmap diversifikasi pangan 2020-2024, disebutkan terdapat enam komoditas pangan lokal sumber karbohidrat kompleks non beras yang potensial mengganti nasi, yaitu singkong, talas, sagu, jagung, pisang, dan kentang
Pada saat berbuka puasa diutamakan makan karbohidrat sederhana karena yang dibutuhkan oleh tubuh adalah sumber energi yang mudah tersedia dalam bentuk glukosa. Karbohidrat sederhana dapat meningkatkan kadar glukosa darah seseorang dengan cepat beberapa saat setelah dikonsumsi sehingga dapat menstabilkan kadar glukosa darah karena biasanya kadar glukosa darah saat puasa lebih menurun meskipun tidak terlalu signifikan dan tentunya mengembalikan tenaga atau energi yang sudah berkurang selama menjalani puasa.
Menu yang dipilih pada waktu berbuka, terdiri dari makanan pembuka, berupa minuman manis atau makanan manis, seperti kolak pisang, smoothies ubi jalar, puding jagung, bingka kentang, kurma dan teh manis. Makanan manis mengandung karbohidrat sederhana yang akan mudah diserap dan dapat segera menaikan kadar gula darah. Setelah sholat magrib, dianjurkan makan makanan utama (nasi atau pengganti nasi, lauk pauk, sayur, dan buah), kemudian setelah terawih, dapat mengonsumsi makanan camilan. Dengan pengaturan menu makan selama berpuasa, diharapkan gizi harian tercukupi dan imunitas terjaga (Asri).