MENGENAL POTENSI MINYAK ATSIRI SERAI WANGI (Cymbopogon nardus) SEBAGAI PESTISIDA NABATI DI BIDANG PERTANIAN

Oleh:

Asri Puspita Wardhani, M.Sc.

Widyaiswara Ahli Pertama – BBPP Binuang

Serai wangi (Cymbopogon nardus) merupakan herba yang memiliki banyak manfaat. Serai wangi dikenal masyarakat sebagai tanaman rumput-rumputan tegak dengan tinggi 50-100 cm dengan daun berwarna hijau muda, serta batang tumbuhan yang tidak berkayu. Tanaman serai dibagi menjadi dua golongan yakni serai lemon atau serai bumbu (Cymbopogon citratus) dan serai wangi atau serai sitronelal (Cymbopogon nardus). Serai wangi di Indonesia dibagi menjadi dua jenis yaitu jenis mahapengiri dan lenabatu. Menurut Ketaren dan Djatmiko dalam Ginting (2004), jenis mahapengiri akan menghasilkan minyak atsiri dengan rendemen dan kandungan sitronelal dan geraniol yang lebih banyak dibandingkan jenis lenabatu. Menurut Hariana (2006), tanaman serai wangi memiliki khasiat untuk anti radang, anti nyamuk, serta melancarkan sirkulasi darah.

Saat ini ekstraksi minyak atsiri dilakukan dengan berbagai macam metode untuk meningkatkan efisiensi ekstraksi minyak atsiri. Ekstraksi minyak atsiri serai wangi dengan menggunakan pelarut organik, destilasi air, destilasi uap air, serta destilasi kombinasi air dan uap airdengan bantuan microwave merupakan metode yang umum digunakan. Serai wangi memiliki kandungan komponen menguap (volatile oil) dan umunya tidak berwarnayang biasa disebut dengan minyak atsiri. Pada umumnya minyak atsiri dapat diperoleh melalui proses ekstraksi dari seluruh bagian tanaman, meliputi bagian daun, bunga, batang dan akar. Menurut Arswendiyumna (2011), kandungan dalam minyak atsiri serai wangi adalah sitronelal (35,9%), sitronelol (5,2%), geraniol (20,9%), geranial (1,5%), sitronil asetat (2,9%), geranil asetat (4,0%), germacrene b (6,8%), dan α-kardinol (8,0%). Herba serai wangi mengandung senyawa saponin, flavonoid, polifenol, metil heptanon, terpen, dan terpen alkohol.

Kebutuhan akan minyak atsiri berkembang seiring tingginya permintaan dari industri parfum, obat-obatan dan kosmetik. Minyak atsiri dari serai wangi banyak digunakan dalam industri kimia dikarenakan kandungan senyawa sitronelal dan geraniolnya yang tinggi dimana minyak atsiri dari serai wangi ini merupakan bahan baku dalam pembuatan gel antinyamuk, pestisida nabati, sabun, lotion, desinfektan, bahan pengkilap (Kardinan, 2005). Friedman et al. (2002) menyatakan bahwa senyawa sitronelal pada minyak atsiri serai wangi memiliki sifat bakterisidal terhadap beberapa spesies bakteri. Senyawa sitronelal merupakan senyawa terpen yang terdiri dari campuran isomer bioaktif nerol dan geraniol. Menurut Wiratno (2011), senyawa sitronelal dalam minyak atsiri serai wangi mempunyai sifat racun dan penyebab dehidrasi terhadap hewan terutama serangga.

Di bidang pertanian, minyak atsiri serai wangi telah banyak diaplikasikan sebagai obat alami pembasmi hama pada tanaman, baik dalam senyawa tunggal maupun dikombinasikan dengan senyawa lain. Nurohmaningrum, dkk. (2015) telah melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui efektifitas insektisida nabati cengkeh (syzgium aromaticum) dan sereh wangi (andropogon nardus) untuk menghambat pertumbuhan hama ulat Spodoptera exigua pada tanaman bawang merah. Penelitian ini menunjukkan hasil bahwa interaksi antara senyawa eugenol yang terkandung dalam cengkeh dengan sitronella dan geraniol yang terkandung dalam serai wangi mampu membunuh hama tanaman bawang merah yaitu ulat Spodoptera exigua dengan kadar konsentrasi minyak cengkeh 15% dengan minyak sereh wangi 30%. Prasetyo (2013) menambahkan bahwa pada konsentrasi formulasi minyak atsiri yang tinggi, akan menimbulkan gejala yang ditandai dengan adanya perubahan warna kulit yang memudar hingga terjadi kematian hewan uji pada skala waktu antara ± 2-3 jam setelah perlakuan.

Pada penelitian lain, diketahui bahwa aplikasi minyak atsiri serai wangi sebagai pestisida nabati efektif meningkatkan mortalitas larva Heliothis armegira yang dapat menyebabkan kerusakan pada tanaman cabai terhitung dari 1-3 hari setelah pemaparan (Pasetriyani, 2010). Selain itu, Nugraheni, dkk. (2014), menyatakan bahwa minyak atsiri serai wangi memiliki kemampuan dalam mengendalikan penyakit antraknosa yang disebabkan oleh jamur Colletotrichum gloeosporioides yang dapat menimbulkan gejala berupa munculnya bercak coklat yang akan menurunkan kualitas buah apel. Mekanisme penghambatan jamur oleh minyak atsiri serai wangi menurut Koul et al (2008) adalah dengan mengganggu dinding sel atau menghambat permeabilitas dinding sel sehingga komponen penting seperti protein akan keluar dari sel, dan sel berangsur-angsur mati. Dari beberapa hasil penelitian diatas, dapat disimpulkan bahwa minyak atsiri serai wangi berpotensi untuk dikembangkan menjadi produk pestisida nabati yang ramah lingkungan karena sifatnya yang bio-degradable.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2018. Tanaman Serai Wangi. https://www.google.co.id/. Diakses tanggal 30 April 2018.

Arswendiyumna, R., Burhan, P., Zetra, Y. 2011. Minyak Atsiri Dari Daun Batang Tanaman Dua Spesies Genus Cymbopogon, Famili Gramineae Sebagai Insektisida Alami dan Antibakteri. Proposal Skripsi (1-10).

Friedman M, Henika PR, Mandrell RE. 2002. Bactericidal activities of plant essential oils and some of their isolated constituents against Campylobacter jejuni, Escherichia coli, Listeri monocytogenes and Salmonella enterica. J. food prot. 65: 2513-2516.

Ginting, Sentosa .2004. Pengaruh Lama Penyulingan Ter-

hadap Rendemen dan Mutu Minyak Atsiri Daun

Sereh Wangi. Universitas Sumatera Utara.

Ginting, Sentosa .2004. Pengaruh Lama Penyulingan Ter-

hadap Rendemen dan Mutu Minyak Atsiri Daun

Sereh Wangi. Universitas Sumatera Utara.

Ginting, Sentosa. 2004. Pengaruh Lama Penyulingan Terhadap Rendemen dan Mutu Minyak Atsiri Daun Sereh Wangi. Universitas Sumatera Utara.

Hariana, A. 2006.Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. Jilid III. Penebar Swadaya. Jakarta.

Kardinan, A. 2005. Pestisida Nabati, Ramuan Dan Aplikasinya. Penerbit Swadaya. Jakarta.

Koul, P., S. Walia dan G.S. Dhawalia. 2008. Essential Oil as Green Pesticides Potential and Constrains. Biopestic. Int. 4(1): 63-84.

Nugraheni, AS., Djauhari, S., Cholil, A., Utomo, EP. 2014. Potensi Minyak Atsiri Serai Wangi (Cymbopogon winterianus) sebagai Fungisida Nabati terhadap Penyakit Antraknosa (Colletotrichum gleosporioides) pada Buah Apel (Malus sylvestris Mill). Jurnal HPT Vol. 2 (4).

Nurohmaningrum, L., Fitria, SEN., Pratama, MYA., Kambali, A., Nurmilawati, M. 2015. ASIH Sebagai Insektisida Nabati untuk Membasmi Hama Spodoptera exigua (Ulat Grayak) pada Tanaman Bawang Merah (Allium cepa L.). Semnas XII Biologi FKIP UNS (795-798).

Pasetriyani, ET. 2010. Uji Persistensi Minyak Serai Wangi Terhadap Hama Heliothis armigera Pada Tanaman Cabai Di Rumah Kaca. Lembang Jawa Barat.

Prasetyo, H. D., Susila, I.W., Sumiartha, K. 2013. Efikasi Minyak Atsiri Sereh Dapur (Cymbopogon citratus L.) Terhadap Hama Ulat Daun Kubis (Plutella xylostella L.) Di Laboratorium. E-Journal Agroteknologi Tropika. Vol. 2(2) ISSN 2301-6515: 99-107.

Setyaningsih, D., Hambali, E., Nasution, M. 2007. Aplikasi Minyak Sereh Wangi (Citronella Oil) dan Geraniol dalam Pembuatan Skin Lotion Penolak Nyamuk. J. Tek. Ind. Pert. Vol. 17(3),97-103. Wiratno. 2011. Efektifitas Pestisida Nabati Berbasis Minyak Jarak Pagar, Cengkeh, dan Seraiwangi Terhadap Mortalitas Nilaparvata luge